Sunday, August 19, 2012

LEARNING 1-3

Komunikasi kita yang pertama adalah komunikasi lisan sampai tulisan diciptakan. Tapi karna kertas masih jarang saat itu, menulis dan komunikasi melalui tulisan adalah barang mewah untuk raja atau orang kaya. Tetapi, sekarang kertas telah menjadi barang yang murah dan kita sering tidak menyadarinya. Dalam abad terakhir ini, kita mengalami komunikasi yang baru, komunikasi digital yang menggunakan gambar atau video.

Belajar tergantung sama komunikasi seperti kita butuh udara untuk hidup. Kita bisa belajar secara lisan, tulisan atau digital (gambar atau video). Kita belajar dari pengalaman bahwa kita lebih tertarik dan lebih gampang menerima gambar dibandingkan kata2. Anak2 kecil lebih suka nonton tv atau melihat komik daripada membaca buku.

The first kind of communication is oral communication until the invention of writing. Due to the rarity of papers, writing and verbal communication were luxury only enjoyed by kings or wealthy individuals. However, papers become the cheapest thing we can have and we often take it for granted. In the latest century, with the advance of technology, we experience a new way of communication, digital communication using either picture or video.

Learning depends on communication like we need air to live. We can learn either orally, verbally, or digitally (picture or video). We learn from experience that we are more attracted and accept pictures (moving or still) than we are with words. Children like to watch tv or see comics rather than reading books.

Ada perubahan dalam bidang pendidikan dengan membedakan antara studying and learning. Studying adalah teknik menaruh informasi di memori. Learning adalah kemampuan alami otak untuk menyerap informasi. Studying adalah teknik learning. Science telah membuktikan bahwa kita adalah learner alami yang selalu menyerap informasi dari lingkungan tidak perduli umur. Kita bisa melihat fenomena ini secara jelas di kehebatan anak kecil belajar banyak hal dalam 5 tahun pertama. Bukannya mereka stop belajar di umur 5, tapi mereka belajar cara belajar yang lebih tidak effektif, studying.

Studying adalah cara tua belajar karna mengandalkan kata2 dan kuno. Ilmuwan telah menemukan bahwa kita melihat gambar di pikiran kita. Lebih jelasnya, kita melihat gambar di otak kanan kita dan kita mendengar kata/bahasa di otak kiri kita. Pada saat kita menggunakan kata/bahasa dalam belajar, kita harus mengartikan kata ke gambar dan gambar ke kata sebelum kita bicara atau mengerti pembicaraan. Sangatlah meletihkan karna kita harus bekerja dua kali. Sekarang bayangkan, kalau kita harus belajar sebuah kalimat atau paragraf. Bukanlah sebuah kebetulan bahwa kita lebih mudah capai pada saat membaca buku. Inilah yang kita maksud dengan "attention span" dimana orang dewasa bisa bertahan 2 jam dan anak kecil lebih pendek dari itu.

Ada 2 macam cara komunikasi, mengirim/membuat dan menerima. Menulis dan berbicara adalah yang pertama, mendengarkan dan membaca adalah yg kedua. Lebih mudah dan murah untuk menerima daripada untuk mengirim. Contohnya, walaupun lebih mudah dan murah untuk melihat gambar di komik atau nonton film, kita tahu bahwa jauh lebih sulit dan jauh lebih mahal untuk membuat informasi digital.

Industri hiburan dan marketing, karna dana mereka yang besar, telah mengetahui hal ini jauh sebelum kita di bidang pendidikan. Memang masih mahal untuk membuat informasi digital. Sebuah film blockbuster bisa menghabiskan 100 juta dollar. Iklan tv bisa menghabiskan ribuan dollar. Bahkan sebuah iklan di majalah bisa menghabiskan ribuan dollar. Keefektifan mereka terletak pada fakta scientifik bahwa manusia melihat halaman majalah atau ganti channel tv setiap 3 detik atau kurang. Jadi mereka harus membuat informasi digital yang bisa menggaet perhatian mereka dan menanam pesan informasi mereka di otak kita kurang dari 3 detik. Bukankah itu yang ingin kita berikan kepada murid kita ketika kita mengajar? Kita ingin menggaet perhatian mereka dan menanam informasi di otak mereka secepat mungkin?

There is a shift in educational field in recognizing the difference between studying and learning. Studying is a technique of putting information into memory. Learning is brain's natural ability to absorb information. Studying is a technique of learning. Science also has proved that we are natural learner who always absorb information from environment regardless of age. We can see this phenomena clearly in the ability of young children to learn many things in the first five years. It is not that they stop learning at the age of five, they learn more ineffective ways to learn, studying.

Studying is the old way of learning because it is verbal and outdated.Scientists have found that we "see" pictures in our mind. More accurately, we see pictures in our right brain and we hear words/language in our left brain. What happens when we learn using words/language, our brain has to translate a word into picture from our left to right brain when we listen and it has to create a word from picture from our right to left brain when we talk or write. Now, imagine if we have to write or hear a sentence or even a paragraph. It is not an accident that we get tired easily when we read books. This is what we mean by "attention span" where adult's is 2 hours and children much less than that!

There are two modes of communication, sending/creating and receiving. Writing and talking is the former and listening and reading is the latter. It is much easier and cheaper to receive than it is to send. For example, even though it is easier and cheaper to see pictures in comic or watch movies, we know that it is more difficult and costs much more to produce digital presentation.

Entertainment industry and Marketing industry, due to their big budget, has recognized this effectiveness way before we do in educational field. It is still expensive to produce digital information. A blockbuster movie can cost about 100 million dollars. A TV video advertisement cost thousands of dollars to create. Even a magazine advertisement cost thousand of dollars to create. Their effectiveness lies in the scientific fact that we flipped magazine pages or channel in less than 3 seconds. So they have to create an image that grab our attention and goes inside our mind in that time span. Isn't that what we want to do when we teach our children? we want to grab their attention and put the information in their mind as effective as we can?

Penemuan baru di bidang pendidikan sekarang fokus dalam menciptakan "ruangan learning yang effektif" atau menciptakan "pengalaman learning puncak" dengan mengetahui bahwa nafsu untuk belajar sama seperti nafsu untuk makan. Mereka juga menemui bahwa orang belajar paling cepat dengan melakukan dan orang belajar lebih cepat dengan gambar.

Masalahnya
studying adalah studying membuat learning difficult. Studying memberikan kita pandangan yang salah tentang belajar atau bahkan bekerja. Ketika aku di sekolah, aku cuma senang 2 hari seminggu, Sabtu dan Minggu. Aku senang pergi sekolah cuma satu minggu per semestar, pas minggu tanding olahraga/class meeting. Bahkan, beberapa orang dewasa mempunyai pandangan bahwa membenci pekerjaan adalah hal biasa selama kita dibayar tinggi untuk "membakar stress". Bukankah itu membuang2 duit? Kalo kamu dibayar 30 juta rupiah tapi memakai 20 juta untuk bersenang2 untuk membakar stress bukankah berarti kamu cuma berpendapatan 10 juta rupiah?

Kita belajar pandangan yang salah tentang learning. Studying telah memberi learning nama yang jelek. Studying bahkan telah menjelekan bekerja/working. Ketika seorang anak dipaksa untuk belajar, dia hanya berpikir untuk bermain. Ketika anak bermain, dia belajar.

Efeknya belajar yang bikin stress ini adalah timbulnya fantasy games industry dimana kita "melarikan diri" dari hidup kita. Walaupun ada keuntungannya, game2 itu tidak berguna dalam mengajar mereka hidup di dunia nyata. Ada orang yang hanya demen nonton tv atau kecanduan main video games. Itu bukanlah hidup, tapi lari dari hidup. Apa gunanya belajar bermain video games balapan? Kita tidak sedang belajar nyetir mobil ketika main game2 itu.

Belajar itu menghibur. Belajar sesuatu yang baru itu menyenangkan. Mengapa bermain fantasy games tentang hidup kalau kita bisa bermain dengan kehidupan kita yang nyata? Kalo seorang anak senang belajar, dia tidak perlu mencari kesenangan diluar yang lain.

The new science in education now focus on creating an "effective learning environment" or creating a "peak learning experience" by recognizing that the appetite for learning is as natural as appetite for eating. They have found that people learn best by doing and people learn best using pictures (video better than still pictures). They even use "learners" instead of "students".

The problem with studying is that it makes learning difficult. It gives us negative attitude about learning or even working. When I was in school, I was happy only 2 days a week, Saturday and Sunday. I was excited to go to school only one week a semester, during class meeting. I even have this attitude when working where I am waiting for the weekends. Some adults have attitude that it's ok to hate our job as long as we get paid well to "burn the stress". Isn't it the same as wasting money away? If you hate your job and you get paid Rp. 30.000.000/month and have to spend two third of it on entertainment to burn the stress, doesn't it mean that you only get paid Rp. 10.000.000 a month.

We learn a wrong attitude about learning. Studying gives learning a bad name. Studying even gives playing a bad name. When a child is forced to study, they only think about playing. When a child play, a child learn.

The effect of this distress learning is the creation of fantasy games industry where we "escape" life by playing this games. Even though there is some advantages, they are useless in helping them dealing with real life. Some adults become couch potatoes, staring at tv's or addicted to video games. They are not life, they are escape from life. What is the use of playing military games or racing games. We are not learning to drive when we play those racing games.

Learning is entertaining. Learning new information is exciting. Why playing fantasy games of life when we can play real life? When a child have fun learning, he doesn't need to find fun useless activities.

No comments:

Post a Comment